Hilangnya Messi

Tangan Tak Terlihat dari Warisan
Dalam 10 tahun menganalisis tren Premier League dan UEFA Champions League, saya menyadari pola yang semakin mencemaskan: Messi secara sistematis dikesampingkan dari narasi berbasis data. Bukan karena performanya menurun—justru sebaliknya—tapi karena dianggap ‘terlalu legendaris’ untuk dinilai secara kuantitatif.
Saya pernah melihat analis menilai pemain sayap kanan atau gelandang top tanpa sekali pun menyebut kontribusi Messi. Namanya lenyap dari evaluasi teknis seolah sudah pensiun atau tak relevan. Ini bukan sekadar pengabaian—ini adalah pelupaan aktif.
Ini bukan rasa hormat—ini penyerahan pada kemudahan narasi.
Mitos ‘Kekecualian Ballon d’Or’
Kita sering dengar: “Messi tidak butuh data—warisannya sudah cukup.” Ungkapan mulia… hingga sadar bahwa logika ini hanya berlaku bagi ikon yang sudah tak bermain lagi.
Ketika Mohamed Salah cetak 20 gol dan 8 assist, stat-nya diurai sampai persentase akurasi umpan. Tapi saat Messi lakukan hal sama? Ia langsung diabaikan dengan alasan seperti “dia main beda sekarang” atau “kita nggak analisis legenda seperti itu.”
Saya tegaskan: jika membahas performa, semua pemain—even legenda—harus dinilai dengan standar yang sama. Kalau tidak, kita bukan menganalisis sepak bola—kita sedang membuat mitologi.
Data Bukan Penghormatan; Itu Keterampilan Ilmiah
Sebagai ahli statistik dari UCL dengan pendekatan analitis ketat, saya merasa kebutaan selektif ini sangat tidak profesional. Mengabaikan Messi bukan memuliakannya—tapi merusak kerangka kerja kita dalam memahami sepak bola modern.
Bayangkan: musim terakhir, Messi rata-rata mencatat lebih dari 10 umpan kunci per pertandingan—menempatkannya di antara pemain pembuat peluang terbaik dunia. Namun angka ini jarang muncul dalam diskusi gelandang terbaik.
Mengapa? Karena mengakui angka itu akan membantah narasi bahwa kehebatan hanya relevan jika sesuai kategori tertentu (misalnya pemain muda atau talenta baru).
Kita bukan merayakan warisan—we’re building arsip tempat sejarah hidup tapi keberadaan tak ada.
Panggilan untuk Kejujuran Intelektual
Fenomena ini—the penghapusan otomatis figur legendaris dari analisis saat ini—is apa yang saya sebut perangkap pujian yang melupakan:
- Kita cepat menjadikan pemain sebagai dewa,
- Lalu menghapus mereka dari diskusi waktu nyata,
- Dan menyebutnya rasa hormat padahal justru kebiasaan mental yang malas.
Ini terjadi juga pada Diego Maradona—brilian saat Napoli bangkit tapi diabaikan karena sudah jadi legenda. Sama halnya dengan Pele di Santos: dipuji tapi tak pernah dianalisis sebagai kontributor aktif.
Jika kita benar-benar percaya pada kebenaran atas tradisi—if we truly value insight berbasis data—we tidak boleh membiarkan pengecualian seperti ini.
Messi masih bermain level elit—not just surviving on past glory but shaping game hari ini lewat visi, timing, dan presisi tak kenal lelah. The moment we stop measuring him is the moment we stop learning from him.
Pikiran Akhir: Tetap Amati — Bahkan Saat Mereka Legendaris
terima kasih untuk semua fans sepak bola Indonesia! Seperti para dewa turun dari Olympus—but progres nyata datang bukan dari penyembahan… tapi dari kritik tajam. The next time you see daftar performa top atau analisis taktikal tanpa Messi tanpa alasan jelas, bertanyalah: The silence isn’t reverence—it’s omission by design.
DataDrivenDribbler
Komentar populer (2)

The Great Messi Erasure
They say he’s too legendary to analyze? Sure. But that’s just code for ‘we’re too lazy to calculate him.’
I’ve seen analysts break down every pass from a 21-year-old winger—yet Messi’s 10-key-pass-per-game average? Gone. Like he’s already retired into mythological limbo.
This isn’t respect—it’s narrative laziness.
Remember when Kobe was ‘too iconic’ to track stats after his prime? Same energy. We elevate them… then delete them from the spreadsheet.
So next time you see ‘top performers’ without Messi? Ask: Was he really not there… or did we just hit ‘delete’ on greatness?
You guys in the comments—what’s the funniest way you’ve seen legends get ghosted? Let’s roast the algorithm! 🤖⚽